Pengertian Toleransi
Apa yang dimaksud atas toleransi? Secara umum, pengertian toleransi ialah suatu sikap yang saling menghargai dan menghormati antar individu / kelompok yang berisi masyarakat meskipun terdapat perbedaan di isi nya, baik itu perbedaan pendapat, pandangan, agama, ras, budaya, dan perbedaan lainnya.
Secara etimologi berasal dari kata tolerance (dalam bahasa Inggris) yang berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Di dalam bahasa Arab menterjemahkan dengan tasamuh, berarti saling mengizinkan, saling memudahkan. Dari dua pengertian di atas penulis menyimpulkan toleransi secara etimologi adalah sikap saling mengizinkan dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan.
Pada umumnya, toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama di dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.
Contoh sikap toleransi secara umum antara lain: menghargai pendapat mengenai pemikiran orang lain yang berbeda dengan kita, serta saling tolong-menolong antar sesama manusia tanpa memandang suku, ras, agama, dan antar golongan. Istilah toleransi mencakup banyak bidang. Salah satunya adalah toleransi beragama, yang merupakan sikap saling menghormati dan menghargai antar penganut agama lain, seperti:
- Tidak memaksakan orang lain untuk menganut agama kita;
- Tidak mencela/menghina agama lain dengan alasan apapun; serta
- Tidak melarang ataupun mengganggu umat agama lain untuk beribadah sesuai agama/kepercayaannya.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Makna dan Arti Lambang Pancasila
Toleransi Menurut Para Ahli
Agar lebih dapat memahami apa arti toleransi, maka kita bisa merujuk pada pendapat para ahli berikut ini:
- W.J.S Purwadarminta menyatakan
Toleransi adalah sikap atau sifat menenggang berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri. - Dewan Ensiklopedi Indonesia
Toleransi dalam aspek sosial, politik, merupakan suatu sikap membiarkan orang untuk mempunyai suatu keyakinan yang berbeda. Selain itu menerima pernyataan ini karena sebagai pengakuan dan menghormati hak asasi manusia. - Ensiklopedi American
Toleransi memiliki makna sangat terbatas. Ia berkonotasi menahan diri dari pelanggaran dan penganiayaan, meskipun demikian, ia memperlihatkan sikap tidak setuju yang tersembunyi dan biasanya merujuk kepada sebuah kondisi dimana kebebasan yang di perbolehkannya bersifat terbatas dan bersyarat - Friedrich Heiler
Menurutnya, pengertian toleransi ialah sikap mengakui adanya pluralitas agama dan menghargai semua agama tersebut. Lebih lanjut Heiler mengatakan bahwa setiap pemeluk agama mempunyai hak untuk mendapatkan perlakukan yang sama. - Michael Wazler
Menurutnya, arti toleransi ialah sikap keniscayaan yang harus ada di dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kata lain, sikap toleransi ialah sikap dasar yang harus dimiliki pada setiap individu di dalam masyarakat. - Max Isaac Dimont
Menurutnya, pengertian toleransi ialah pengakuan masyarakat yang majemuk yang mengakui perdamaian dan menunjukkan sikap / perilaku yang tak menyimpang dari aturan, serta menghargai / menghormati setiap tindakan orang lain. - W. J. S poerwadarminta
Menurutnya, arti toleransi ialah sikap menenggang berupa menghargai dan memperbolehkan suatu pendapat / pandangan yang berbeda. Dalam hal ini seseorang harus dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan pendiriannya. - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Menurut KBBI, pengertian toleransi ialah perilaku / sikap toleran; batas ukur untuk penambahan / pengurangan yang masih diperbolehkan; penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Interaksi Sosial
Tujuan dan Manfaat Toleransi
Pada dasarnya tujuan toleransi ialah untuk menciptakan suasana yang harmonis di dalam masyarakat yang majemuk. Sikap toleransi bisa menciptakan kehidupan yang lebih baik walaupun dalam masyarakat terdiri dari beragam agama, ras, suku, dan golongan Mengacu pada definisi toleransi di atas, adapun manfaat toleransi ialah sebagai berikut:
- Dapat meningkatkan Rasa Persaudaraan; sikap toleransi dalam diri seseorang dapat menimbulkan kasih sayang di dalam dirinya sehingga rasa persudaraan terhadap sesama anak bangsa akan semakin besar. Dengan adanya rasa persaudaraan yang tinggi maka masyarakat secara umumpun akan terhindar dari perpecahan.
- Dapat meningkatkan Rasa Nasionalisme; sikap positif dan toleransi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dapat berdampak pada rasa nasionalisme seseorang. Dengan menyadari dan menerima bahwa Indonesia adala negara yang majemuk maka seseorang akan semakin cinta pada tanah airnya.
- Dapat meningkatkan Kekuatan dalam Iman; menghargai dan menghormati agama lain yang berbeda merupakan salah satu bentuk keimanan seseorang. Bisa dikatakan bahwa seseorang yang mampu bersosialisasi dengan orang lain yang berbeda budaya dan kepercayaan ialah orang yang memiliki iman yang kuat.
- Memudahkan untuk Mencapai Kata Mufakat; toleransi juga sangat diperlukan ketika akandilakukan musyawarah untuk mencapai mufakat. Menghargai dan menghormati perbedaan pendapat orang lain dapat membuat suatu masyarakat terhindar dari permusuhan dan pertikaian.
- Dapat memudahkan Pembangunan Negara; sikap toleransi di setiap individu dapat memudahkan proses pembangunan suatu negara. Hal ini terjadi karena adanya pemikiran bahwa perbedaan justru membuat suatu negara semakin kuat.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : engertian dan Faktor Mempengaruhi Interaksi Sosial
Ciri-Ciri Sikap Toleransi
Toleransi dapat diketahui dengan memperhatikan sikap seseorang terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Adapun ciri-ciri toleransi ialah sebagai berikut:
- Menghargai dan menghormati orang lain walaupun berbeda agama, suku, dan ras.
- Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda.
- Berbuat baik kepada orang lain tanpa memandang agama, suku, dan ras.
- Dapat memberikan kebebasan untuk beribadah kepada setiap orang sesuai dengan kepercayaanya dan tak melakukan intimidasi meskipun berbeda kepercayaan.
- Dapat memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang, meskipun berbeda agama, suku, dan ras.
- Seseorang yang memiliki sikap toleransi yang tinggi, pastinya bisa menghargai dan menghormati orang lain meskipun berbeda agama, suku, dan ras.
- Seseorang yang memiliki toleransi, pastinya akan mudah menghargai pendapat orang lain yang berbeda.
- Sikap toleransi akan menjunjung tinggi dengan tidak memandang agama, suku, dan ras untuk melakukan kebaikan.
- Sikap toleransi yaitu selalu memberikan kebebasan setiap orang untuk beribadah sesuai dengan kepercayaannya. Selain itu, ciri-ciri dari sikap toleransi yaitu tidak melakukan intimidasi meskipun berbeda kepercayaan.
- Ciri sikap toleransi yang terakhir yaitu memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang, tanpa memandang perbedaan agama.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Stratifikasi Sosial – Bentuk, Ciri, Pembentukan & Manfaat Hingga Kerugiannya | Ayoksinau.com
Toleransi Berbangsa dan Bernegara
Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Kehidupan berbangsa dan bernegara pada hakikatnya merupakan kehidupan masyarakat bangsa. Di dalamnya terdapat kehidupan berbagai macam pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda. Demikian pula di dalamnya terdapat berbagai kehidupan antar suku bangsa yang berbeda. Namun demikian perbedaan-perbedaan kehidupan tersebut tidak menjadikan bangsa ini tercerai-berai, akan tetapi justru menjadi kemajemukan kehidupan sebagai suatu bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu kehidupan tersebut perlu tetap dipelihara agar tidak terjadi disintegrasi atau terpecah belahnya suatu bangsa.
Adapun toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain:
- Merasa senasib sepenanggungan.
- Menciptakan persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan atau nasionalisme.
- Mengakui dan menghargai hak asasi manusia.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian,Definisi,Faktor Unsur dan Cakupan Sosial Menurut Para Ahli
Sikap Toleransi Pada Siswa
Sikap toleransi yang bisa ditanamkan pada siswa yaitu dengan cara :
- Menugaskan siswa untuk mengunjungi teman yang sakit
Manusia adalah mahluk sosial. Dengan demikian ia tidak bisa berdiri sendiri, satu sama lainnya saling membutuhkan. Manusia yang satu dengan lainnya mempunyai corak yang berbeda, demikian kedua-duanya mempunyai kepentingan yang sama dalam menjalani kehidupannya. Dalam mengejar kepentingan ada norma atau etika manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Contohnya manusia bergaul dengan sesamanya. Manusia harus bergaul, sebab pergaulan amat penting dan dibutuhkan, tanpa ini manusia belum lengkap menjalankan kehidupannya. Dengan lain perkataan manusia tidak dapat hidup sendiri tetapi manusia harus bersatu. - Membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.
Manusia hanya akan mempunyai arti apabila hidup bersama-sama dengan manusia lainnya di dalam masyarakat. Seperti yang jelaskan tadi, memang sulit dibayangkan apabila manusia hidup menyendiri tanpa berhubungan dan bergaul dengan manusia lainnya. Oleh sebab itu mari kita hidup bermasyarakat, bekerjasama tolong menolong bahkan harus bersikap toleran dalam berbagai aspek kehidupan. seperti misalnya ada seorang pengemis ke rumah , Anda memberinya dengan ikhlas. - Mengunjungi teman yang sedang merayakan hari besar agama walaupun berbeda agama.
Hari-hari yang menyentuh hati, perasaan dan kegembiraan sekaligus menyenangkan adalah pada saat-saat kita menunggu tiba datangnya hari raya. Sudah pasti setiap insan yang beriman merasakan betapa indahnya pada hari itu, dunia terasa damai dan tenteram. Anak-anak bernyanyi menari dan tertawa riang gembira. Begitu juga para remaja, pemuda dan pemudi, orang dewasa bersiul dan bernyanyi melupakan hari-hari yang penuh kesunyian dan kesibukan. Bagi yang beragama Islam melantunkan menyebut asma Allah Allahu Akbar dan mengucapkan takbir dan tahmid.
Di Indonesia perayaan hari-hari besar agama sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dan bangsanya, khususnya para pemeluk agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Perayaan hari-hari besar agama telah mendapatkan tempat yang baik dalam hati sanubari bangsa Indonesia, bahkan memasyarakat. Perayaan hari besar agama tersebut menjadi adat masyarakat karena perayaan tersebut dipandang mempunyai arti yang penting bagi kemajuan hidup manusia.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Sosial, Cakupan Sosial dan Faktor-Faktor Sosial | Ayoksinau.com
Toleransi Dalam Islam
Konsep Toleransi Dalam Islam
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’?lamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya, ““dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”
Di bagian lain Allah mengingatkan, yang artinya: “Sesungguhnya ini adalah umatmu semua (wahai para rasul), yaitu umat yang tunggal, dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah olehmu sekalian akan Daku (saja). Ayat ini menegaskan bahwa pada dasarnya umat manusia itu tunggal tapi kemudian mereka berpencar memilih keyakinannya masing-masing. Ini mengartikulasikan bahwa Islam memahami pilihan keyakinan mereka sekalipun Islam juga menjelaskan “sesungguhnya telah jelas antara yang benar dari yang bathil”.
Selanjutnya, di Surah Yunus Allah menandaskan lagi, yang artinya: “Katakan olehmu (ya Muhamad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan (kalimatun saw? atau common values) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan tidak pula memperserikatkan-Nya kepada apa pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai “tuhan-tuhan” selain Allah!” Ayat ini mengajak umat beragama (terutama Yahudi, Kristiani, dan Islam) menekankan persamaan dan menghindari perbedaan demi merengkuh rasa saling menghargai dan menghormati. Ayat ini juga mengajak untuk sama-sama menjunjung tinggi tawhid, yaitu sikap tidak menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep toleransi antar-umat beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu ‘menjauhi konflik’.
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Abu Ju’la dengan amat menarik mengemukakan, “Al-khalqu kulluhum ‘iy?lull?hi fa ahabbuhum ilahi anfa’uhum li’iy?lihi” (“Semu makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya”). Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, “irhamuu man fil ardhi yarhamukum man fil sam?” (sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula mereka yang di lanit kepadamu). Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta menegasikan semua keburukan.
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah. Sikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa mempersoalkan perbedaan keyakinan juga muncul dalam sejumlah Hadis dan praktik Nabi. Bahkan sikap ini dianggap sebagai bagian yang melibatkan Tuhan. Sebagai contoh, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dalam Syu’ab al-Imam, karya seorang pemikir abad ke-11, al-Baihaqi, dikatakan: “Siapa yang membongkar aib orang lain di dunia ini, maka Allah (nanti) pasti akan membongkar aibnya di hari pembalasan”.
Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman bahwa umat manusia adalah satu badan, dan kehilangan sifat kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menajdi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam. Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini. Dalam hal ini, al-Qur’an menyatakan yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu ke arah agama menurut cara (Alla); yang alamiah sesuai dengan pola pemberian (fitrah) Allah, atas dasar mana Dia menciptakan manusia…”
Mufassir Baidhawi terhadap ayat di atas menegaskan bahwa kalimat itu merujuk pada perjanjian yang disepakati Adam dan keturunanya. Perjanjian ini dibuat dalam suatu keadaan, yang dianggap seluruh kaum Muslim sebagai suatu yang sentral dalam sejarah moral umat manusia, karena semua benih umat manusia berasal dari sulbi anak-anak Adam. Penegasan Baidhawi sangat relevan jika dikaitkan dengan hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Nabi ditanya: “Agama yang manakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab “agama asal mula yang toleran (al-hanîfiyyatus samhah). Dilihat dari argumen-argumen di atas, menunjukkan bahwa baik al-Qur’an maupun Sunnah Nabi secara otentik mengajarkan toleransi dalam artinya yang penuh. Ini jelas berbeda dengan gagasan dan praktik toleransi yang ada di barat. Toleransi di barat lahir karena perang-perang agama pada abad ke-17 telah mengoyak-ngoyak rasa kemanusiaan sehingga nyaris harga manusia jatuh ke titik nadir. Latar belakang itu menghasilkan kesepakatan-kesepakatan di bidang Toleransi Antar-agama yang kemudian meluas ke aspek-aspek kesetaraan manusia di depan hukum.
Lalu, apa itu as-samahah (toleransi)? Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara lain:
- Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
- Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
- Kelemah lembutan karena kemudahan
- Muka yang ceria karena kegembiraan
- Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
- Mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
- Menggampangkan dalam berda’wah ke jalan Allah tanpa basa basi
- Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ada rasa keberatan.
Selanjutnya, menurut Salin al-Hilali karakteristik itu merupakan [a] Inti Islam, [b] Seutama iman, dan [c] Puncak tertinggi budi pekerti (akhlaq). Dalam konteks ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda. Artinya: “Sebaik-baik orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur, ditanyakan: Apa hati yang mahmum itu? Jawabnya : ‘Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki’. Ditanyakan: Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?. Jawabnya : ‘Orang-orang yang membenci dunia dan cinta akhirat’. Ditanyakan : Siapa lagi setelah itu? Jawabnya : ‘Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur.”
Dasar-dasar al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-meliputi. Baik lahir maupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak lahir dari hati, dari dalam. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minall?h).
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Struktur Sosial, Ciri-ciri Struktur Sosial Menurut Para Ahli
Toleransi Dalam Sejarah Islam
Sejarah Islam adalah sejarah toleransi. Perkembangan Islam ke wilayah-wilayah luar Jazirah Arabia yang begitu cepat menunjukkan bahwa Islam dapat diterima sebagai rahmatal lil’alamin (pengayom semua manusia dan alam semesta). Ekspansi-ekspansi Islam ke Siria, Mesir, Spanyol, Persia, Asia, dan ke seluruh dunia dilakukan melalui jalan damai. Islam tidak memaksakan agama kepada mereka (penduduk taklukan) sampai akhirnya mereka menemukan kebenaran Islam itu sendiri melalui interaksi intensif dan dialog. Kondisi ini berjalan merata hingga Islam mencapai wilayah yang sangat luas ke hampir seluruh dunia dengan amat singkat dan fantastik.
Memang perlu diakui bahwa perluasan wilayah Islam itu sering menimbulkan peperangan. Tapi peperangan itu dilakukan hanya sebagai pembelaan sehingga Islam tak mengalami kekalahan. Peperangan itu bukan karena memaksakan keyakinan kepada mereka tapi karena ekses-ekses politik sebagai konsekuensi logis dari sebuah pendudukan. Pemaksaan keyakinan agama adalah dilarang dalam Islam. Bahkan sekalipun Islam telah berkuasa, banyak agama lokal yang tetap dibolehkan hidup.
Demikianlah, sikap toleransi Islam terhadap agama-agama dan keyakinan-keyakinan lokal dalam sejarah kekuasaan Islam menunjukkan garis kontinum antara prinsip Syari’ah dengan praktiknya di lapangan. Meski praktik toleransi sering mengalami interupsi, namun secara doktrin tak ada dukungan teks Syari’ah. Ini berarti kekerasan yang terjadi atas nama Islam bukanlah otentisitas ajaran Islam itu sendiri. Bahkan bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa pemerintah-pemerintah Muslim membiarkan, bekerjasama, dan memakai orang-orang Kristen, Yahudi, Shabi’un, dan penyembah berhala dalam pemerintahan mereka atau sebagai pegawai dalam pemerintahan. Lebih lanjut kesaksian seorang Yahudi bernama Max I. Dimon menyatakan bahwa “salah satu akibat dari toleransi Islam adalah bebasnya orang-orang Yahudi berpindah dan mengambil manfaat dengan menempatkan diri mereka di seluruh pelosok Empirium Islam yang amat besar itu. Lainnya ialah bahwa mereka dapat mencari penghidupan dalam cara apapun yang mereka pilih, karena tidak ada profesi yang dilarang bagi mereka, juga tak ada keahlian khusus yang diserahkan kepada mereka”.
Pengakuan Max I. Dimon atas toleransi Islam pada orang-orang Yahudi di Spanyol adalah pengakuan yang sangat tepat. Ia bahkan menyatakan bahwa dalam peradaban Islam, masyarakat Islam membuka pintu masjid, dan kamar tidur mereka, untuk pindah agama, pendidikan, maupun asimilasi. Orang-orang Yahudi, kata Max I. Dimon selanjutnya, tidak pernah mengalami hal yang begitu bagus sebelumnya. Kutipan ini saya tegaskan karena ini dapat menjadi kesaksian dari seorang non-Muslim tentang toleransi Islam. Dan toleransi ini secara relatif terus dipraktikkan di dalam sejarah Islam di masa-masa sesudahnya oleh orang-orang Muslim di kawasan lain, termasuk di Nusantara. Melalui para pedagang Gujarat dan Arab, para raja di Nusantara Indonesia masuk Islam dan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya Islam di sini.
Selanjutnya, dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, ia dilakukan melalui perdagangan dan interaksi kawin-mawin. Ia tidak dilakukan melalui kolonialisme atau penjajahan sehingga sikap penerimaan masyarakat Nusantara sangat apresiatif dan dengan suka rela memeluk agama Islam. Sementara penduduk lokal lain yang tetap pada keyakinan lamanya juga tidak dimusuhi. Di sini, perlu dicatat bahwa model akulturasi dan enkulturasi budaya juga dilakukan demi toleransi dengan budaya-budaya setempat sehingga tak menimbulkan konflik. Apa yang dicontohkan para walisongo di Jawa, misalnya, merupakan contoh sahih betapa penyebaran Islam dilakukan dengan pola-pola toleransi yang amat mencengangkan bagi keagungan ajaran Islam. Secara perlahan dan pasti, islamisasi di seluruh Nusantara hampir mendekati sempurna yang dilakukan tanpa konflik sedikitpun. Hingga hari ini kegairahan beragama Islam dengan segala gegap-gempitanya menandai keberhasilan toleransi Islam. Ini membuktikan bahwa jika tak ada toleransi, yakni sikap menghormati perbedaan budaya maka perkembangan Islam di Nusantara tak akan sefantastik sekarang.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Modernisasi : Tujuan, Ciri, dan Dampaknya Pada Dunia Usaha
Contoh Sikap Toleransi
Ada banyak sekali hal-hal sederhana yang merupakan contoh sikap toleransi terhadap orang lain. Berikut ini ialah beberapa contoh toleransi yang selama ini sudah dilakukan banyak orang:
- Dapat menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain di dalam masyarakat yang majemuk. contohnya hak dan kewajiban dalam beragama dan menjalankan kegiatan agamanya.
- Turut ambil serta menjaga keharmonisan dan kedamaian di masyarakat yang majemuk. Contohnya menghargai pendapat orang lain yang berbeda dan tidak semena-mena terhadap orang lain.
- Saling membantu dan tolong-menolong antar sesama manusia sebagai mahluk sosial tanpa membeda-bedakan.
- demikianlah artikel mengenai penjelasan tentang Pengertian Toleransi : Arti, Tujuan, Ciri, dan Contoh Sikap Toleransi, semoga artikel ini beramanfaat bagi anda semuanya.